Wednesday, 18 June 2014

Lombok – Dua Inspirasi Cintamu dari Bukit Pantai Pink

Lombok – Dua Inspirasi Cintamu dari Bukit Pantai Pink 
Ini kawasan hutan sekaroh. Tapi sudah berubah menjadi semak belukar”, kata Adhe dengan suara pelan. Aku memperhatikan bola matanya yang bening itu, berbinar menatap semak belukar di kaki bukit. Menyapu setiap sudut. Ia membelakangi pantai. Lalu bergerak beberapa langkah. Matanya tampak gelisah dan berusaha berkonsentrasi. Seperti mencari sebuah titik. Ia mencari dari arah mana suara lengking itu mengalun. Suara kokok sisa-sisa ayam hutan yang hampir punah. Suara indah yang saling menyahut. Saling menyambut, bersambung tak berujung.
Tidak adil, . . dan sungguh menyedihkan!!”, ucap gadis itu sambil membalikkan badan. Melangkah kembali ke arah pantai. Sangat jelas tampak wajahnya memerah karena kecewa. Kelihatan sangat kesal. Karena burung-burung itu tak bersuara lagi. Bahkan lari ketakutan. Bersembunyi di balik semak di kaki bukit. Karena dikejar tiga orang pemburu yang ingin menjadikan mereka mangsa. Pemuas kebutuhan perut manusia.
Adhe berusaha mengalihkan konsentrasinya dan mengubah topik perbincangan kami. Aku duduk di samping kanannya, sambil mendengarkan. Ia begitu fasih bercerita dengan runtun tentang tempat indah ini. Pantai Pink. Sebuah pantai unik di belahan tenggara Pulau Lombok. Pantai yang menjadi batas tepi Hutan Sekaroh yang berhadapan langsung dengan Samudera Hindia. Terletak berjejer dengan pantai Tanjung Ringgit. Jika kedua pantai ini tidak pernah tercatat dalam buku-buku sejarah dunia, mungkin karena para penulis sejarah sengaja melupakannya atau mereka memang tidak mengerti tentang kedua pantai ini. Karena pada waktu peristiwa sejarah berlangsung di tempat ini, para sarjana sejarah itu memang belum lahir.

No comments:

Post a Comment