Keharmonisan Beragama di Pura Lingsar Lombok
Mengujungi Pura Lingsar akan memberikan pandangan baru pada Anda, tentang keharmonisan serta kerukunan umat beragama. Bagi masyarakat Pulau Lombok,
Pura Lingsar merupakan simbol kerukunan bahkan keharmonisan antar umat
beragama, yaitu antara Hindu Bali-Lombok dengan Islam Sasak-Lombok. Pura
Lingsar dibangun sekitar tahun 1714 oleh seorang pendatang dari Bali.
Keberadaan Pura Lingsar yang sekarang telah mengalami banyak renovasi.
Sebelum Anda memasuki area bagian dalam Pura Lingsar,
Anda akan melewati sebuah taman dan kolam kembar yang dipenuhi dengan
teratai. Di area dalam, Pura Lingsar terbagi menjadi tiga bangunan
utama. Yaitu Gaduh, Kemaliq dan Pesiraman. Gaduh merupakan tempat suci
bagi umat Hindu. Di area ini Anda akan menemui empat percabangan yang
melambangkan Dewa-dewa yang menghuni dua gunung. Percabangan yang
mengarah ke Timur adalah tempat pemujaan untuk dewa yang menghuni Gunung
Rinjani. Sedangkan yang mengarah ke Barat adalah tempat pemujaan untuk
dewa yang menghuni Gunung Agung. Ditengah percabangan ini ada dua
persinggahan yang menyatu (gaduh) dan merupakan gabungan kedua
percabangan tersebut.
Jika Anda menuruni anak tangga yang
berada di depan Gaduh, Anda akan menemui pintu masuk Kemaliq. Bangunan
ini merupakan tempat suci bagi pemeluk Islam Wetu Telu. Namun pemeluk Hindu juga diperbolehkan beribadah di tempat ini.
Di area Kemaliq ini, terdapat sebuah
kolam kecil yang dihuni oleh Ikan Tuna. Ikan-ikan ini dianggap suci oleh
masyarakat setempat. Menurut mitos, ikan-ikan tersebut merupakan
jelmaan dari tongkat milik Datu Milir, seorang raja Lombok yang berdoa
di tempat ini untuk memohon hujan. Masyarakat Hindu dan Islam Wetu Telu
percaya bahwa jika Anda melihat Ikan Tuna tersebut, Anda akan
mendapatkan keberuntungan. Anda bisa membawa sebuah telur rebus jika
Anda ingin melihat ikan ini. Di kolam tersebut Anda juga bisa
menyebutkan permohonan, serta melemparkan koin ke dalam kolam dengan
tujuan agar permohonan Anda akan terkabul.

Di sisi lain seberang dinding, Anda akan
menemui sembilan pancuran. Empat buah pancuran masih berada di area
Kemaliq, sedangkan lima lainnya berada di area Pesiraman. Pesiraman
merupakan tempat untuk membasuh dan menyucikan diri. Air dari
pancuran-pancuran tersebut dipercaya bisa menyembuhkan berbagai macam
penyakit.
Jika Anda mengunjungi Pura Lingsar pada
bulan purnama keenam tahun Saka (atau sekitar bulan Oktober atau
Desember), Anda bisa menyaksikan upacara Perang Topat (ketupat). Upacara ini merupakan upacara pujawali
atau perayaan syukur peringatan ulang tahun pura. Perang Topat ini juga
bertujuan untuk memohonkan hujan dan kemakmuran. Perang Topat pada
dasarnya merupakan budaya Hindu, akan tetapi juga berakulturasi dengan
Islam terlihat pada penggunaan ketupat sebagai bagian dari upacara.
Setelah puas berkeliling area pura, Anda bisa beristirahat di Berugak di
sisi sebelah Selatan pura. Berugak adalah semacam gazebo, yang terletak
disamping kolam utama. Kolam ini adalah kolam terbesar yang ada di area
Pura Lingsar. Jika Anda masih memiliki waktu luang, Anda juga bisa
melanjutkan wisata Anda dengan mengunjungi Pura Suranadi berserta taman wisata alamnya, dan Pura Narmada.
Pura Lingsar terletak
sekitar 8 Kilometer dari Kota Mataram, dengan lama perjalanan sekitar 20
Menit. Anda bisa menggunakan kendaraan pribadi dengan menempuh jalur
Mataram-Cakranegara-Selagalas-Lingsar. Namun bila Anda ingin mengunjungi
Pura Lingsar menggunakan sarana umum, Anda harus berganti jurusan
sebanyak tiga kali. Yaitu jurusan Ampena-Sweta (Rp. 3.000,-), kemudian
jurusan Sweta-Narmada (Rp. 2.000,-), dan jurusan Narmada-Lingsar (Rp.
2.000,-). Jika Anda merasa kebingungan, Anda bisa menggunakan jasa
pemandu yang tersedia di area pura.
Also mentioned: wisata pura lingsar dan taman narmada

No comments:
Post a Comment