desa sepit tempat pariwisata di lombok timur
Setidaknya
ada dua pesona desa Sapit yang menjadi daya tarik utama wisatanya. Yang pertama
adalah pertaniannya yang sangat maju namun dikerjakan dengan cara tradisional
dan pemandangan pegunungan yang memesona. Di desa ini berdiri homestay sehingga
para wisatawan dapat menginap lebih lama di Sapit sembari menikmati aneka
keindahan alam yang tersaji.
Jika
kita ke Sembalun dan memilih rute Masbagik – Aikmel – Swela – Pesugulan, kita
akan melewati desa Sapit. Sebuah desa tradisional yang berada di kecamatan
Swela. Jaraknya kira-kira 65 km dari kota Selong. Dari desa ini kita bisa
melihat Samudera Indonesia dan Selat Alas sekaligus gunung Rinjani. Desa ini
berada di ketinggian 1.100 mter dpl, sehingga udaranya dingin dan bersih.
Sunrise di desa Sapit sangat indah karena kita bisa melihat matahari terbit
dari arah daratan Sumbawa.
Turis yang tinggal
beberapa hari di Sapit bisa mengagumi pesona alam desa ini dengan trekking di
beberapa bukit yang ada di Sapit. Sekitar 5 kilometer di utara desa ini
terdapat sumber air Lemor. Selain itu ada air terjun dan air Sebau yang
mengandung belerang. Tidak hanya pemandangan saja yang mengesankan namun
masyarakat Sapit yang sangat ramah dengan para pendatang. Mereka ini berprofesi
sebagai petani. Uniknya, hingga kini mereka masih menerapkan cara bertani
tradisional sehingga menambah kesan klasik di pedesaan ini.
Satu
lagi yang menjadi keunikan Sapit adalah keberadaan langgar Sapit yakni masjid
peninggalan Wetu Telu yang berlokasi di Dusun Montong Kemong. Letaknya sekitar
500 meter dari pusat desa dengan terus mengikuti jalan. Langgar Sapit berada di
pertigaan kedua setelah kita mengikuti jalan tersebut. Bangunan Langgar Sapit
ini cukup menonjol karena berbentuk rumah khas suku Sasak yang saat itu
tergolong cukup megah dan hingga kini masih terjaga kelestariannya. Namun
begitu, ritual adat yang dulu sering dilakukan kini mulai jarang diteruskan.
Sekarang, Langgar Sapit dijaga oleh pemangku adat karena dianggap sebagai
tempat suci oleh warga setempat.
Wetu
Telu adalah aliran Islam yang pertama kali dianut oleh masyarakat Sasak. Kini,
masjid ini hanya digunakan untuk peringatan hari besar agama seperti peringatan
Maulid Nabi Muhammad SAW. Masjid juga digunakan untuk tempat pelaksanaan acara
Ngayu-ayu yakni semacam ritual meminta hujan yang diiringi dengan musik
tradisional Sasak yakni gamelan dan gendang Beleq. Selain itu ada ritual ada
meminta doa kesuksesan dalam bertani dan untuk menyembuhkan berbagai macam
penyakit

No comments:
Post a Comment